Yogyakarta
adalah salah satu fenomena unik dalam
dunia wisata Indonesia; Kota kecil ini bagaikan sebuah ensiklopedia bangsa
Indonesia pada umumnya dan budaya jawa khususnya. Begitu banyak sisa sisa
peninggalan budaya bangsa Indonesia yang terekam dalam bentuk candi atau situs
arkeologis yang berangka tahun abad VII masehi, bagitu beragam arsitektur
bangunan kuno baik itu keraton, makam kota gede, pemandian raja taman sari
(yang juga adalah jalur aman bagi keluarga raja untuk melarikan diri jika
terjadi huru hara) dan berbagai keunikan lain daerah Istimewa Yogyakarta.
Tulisan ini kami susun dari berbagai sumber dan hampir mencakup semua daerah
wisata di Yogyakarta. Semoga bermanfaat bagi anda dalam menentukan daerah
tujuan wisata yang ingin anda kunjungi bersama kami.
Candi Ijo
Candi Ijo dibangun sekitar abad
ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang
ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka
bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di
bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang
curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat
indah untuk dinikmati.
Kompleks candi terdiri dari 17
struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus
halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke
timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga
patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan
bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras
tertinggi adalah yang paling sakral.
Ragam bentuk seni rupa dijumpai
sejak pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu
masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya.
Motif kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha
menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan
Buddha. Beberapa candi yang memiliki motif kala makara serupa antara lain
Ngawen, Plaosan dan Sari.
Menuju bangunan candi perwara di
teras ke-11, terdapat sebuah tempat seperti bak tempat api pengorbanan (homa).
Tepat di bagian atas tembok belakang bak tersebut terdapat lubang-lubang udara
atau ventilasi berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Adanya tempat api
pengorbanan merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma. Tiga candi
perwara menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma,
Siwa, dan Whisnu.
Candi (istana) Ratu Boko
Istana Ratu Boko adalah sebuah
bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (abad IX
M), salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri
Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk
tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana
ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota
Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.
Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini
memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni,
arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah
swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama
lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat
beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran
yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu
awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana
ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa
memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara
Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia
menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Sebagai sebuah bangunan
peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain.
Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana
ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya
bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang
tertinggal hanya batur-batur dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda
akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat
indah. Seorang turis asal Amerika Serikat mengatakan, "Inilah senja yang
terindah di bumi."
Candi Sambisari
Candi Sambisari diperkirakan
dibangun antara tahun 812 - 838 M, kemungkinan pada masa pemerintahan Rakai
Garung. Kompleks candi terdiri dari 1 buah candi induk dan 3 buah candi
pendamping. Terdapat 2 pagar yang mengelilingi kompleks candi, satu pagar telah
dipugar sempurna, sementara satu pagar lainnya hanya ditampakkan sedikit di
sebelah timur candi. Masih sebagai pembatas, terdapat 8 buah lingga patok yang
tersebar di setiap arah mata angin. Candi ini ditemukan pada tahun 1966 dan
memakan waktu selama 21 tahun untuk memugarnya sehingga tampak seperti yang
saat ini kita saksikan.
Menaiki tangga pintu masuk candi induk, anda bisa
menjumpai hiasan berupa seekor singa yang berada dalam mulut makara
(hewan ajaib dalam mitologi Hindu) yang menganga. Figur makara di
Sambisari dan merupakan evolusi dari bentuk makara di India yang bisa
berupa perpaduan gajah dengan ikan atau buaya dengan ekor yang membengkok.
Selasar selebar 1 meter akan dijumpai setelah
melewati anak tangga terakhir pintu masuk candi induk. Mengelilinginya, anda
akan menjumpai 3 relung yang masing-masing berisi sebuah arca. Di sisi utara,
terdapat arca Dewi Durga (isteri Dewa Siwa) dengan 8 tangan yang masing-masing
menggenggam senjata. Sementara di sisi timur terdapat Arca Ganesha (anak Dewi
Durga). Di sisi selatan, terdapat arca Agastya dengan aksamala (tasbih)
yang dikalungkan di lehernya.
Memasuki bilik utama candi
induk, bisa dilihat lingga dan yoni berukuran cukup besar, kira-kira 1,5 meter.
Keberadaannya menunjukkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa
Siwa. Lingga dan yoni di bilik candi induk ini juga dipakai untuk membuat air
suci. Biasanya, air diguyurkan pada lingga dan dibiarkan mengalir melewati
parit kecil pada yoni, kemudian ditampung dalam sebuah wadah.
Candi Plaosan
Kira kira sejauh 1 km dari candi prambanan, anda
akan menemui Candi Plaosan, sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk
permaisurinya, Pramudyawardani. Terletak di Dusun Bugisan Kecamatan Prambanan,
arsitektur candi ini merupakan perpaduan Hindu dan Budha.
Kompleks Plaosan dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu
memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat
semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena
kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika
dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut
candi kembar.
Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa
perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi
utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke
bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah
prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah
utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris
pertama.
Salah satu kekhasan Candi
Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini
berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya,
hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan
teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para
ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras
itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).Jika melihat
sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan
kompleks candi yang luas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pagar keliling
sepanjang 460 m dari utara ke selatan serta 290 m dari barat ke timur, juga
interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan
dan 270 m
Candi
Tara / Candi Kalasan
Banyak orang selalu menyebut Borobudur saat
membicarakan bangunan candi Budha. Padahal, ada banyak candi bercorak Budha
yang terdapat di Yogyakarta, salah satu yang berkaitan erat dengan Borobudur
adalah Candi Tara. Candi yang terletak di Kalibening, Kalasan ini dibangun oleh
konseptor yang sama dengan Borobudur, yaitu Rakai Panangkaran. Karena letaknya
di daerah Kalasan, maka candi ini lebih dikenal dengan nama Candi Kalasan.
Selesai dibangun pada tahun 778
M, Candi Tara menjadi candi Budha tertua di Yogyakarta. Candi yang berdiri tak
jauh dari Jalan Yogya Solo ini dibangun sebagai penghargaan atas perkawinan
Pancapana dari Dinasti Sanjaya dengan Dyah Pramudya Wardhani dari Dinasti
Syailendra. Selain sebagai hadiah perkawinan, candi itu juga merupakan
tanggapan usulan para raja untuk membangun satu lagi bangunan suci bagi Dewi
Tara dan biara bagi para pendeta.
Bila anda mencermati detail
candi, anda juga akan menjumpai relief-relief cantik pada permukaannya.
Misalnya relief pohon dewata dan awan beserta penghuni khayangan yang tengah
memainkan bunyi-bunyian. Para penghuni khayangan itu membawa rebab, kerang dan
camara. Ada pula gambaran kuncup bunga, dedaunan dan sulur-suluran. Relief di
Candi Tara memiliki kekhasan karena dilapisi dengan semen kuno yang disebut
Brajalepha ( Hingga saat ini campuran Brajalepha masih belum diketahui, karena
ternyata mampu menahan erosi dan mengikat bebatuan candi dan yang paling
penting, campuran brajalepha akan memantulkan cahaya keemasan jika terpapar
sinar matahari, sehingga semakin menimbulkan kesan megah pada bangunan candi).
Di sekeliling candi terdapat
stupa-stupa dengan tinggi sekitar 4,6 m berjumlah 52 buah. Meski stupa-stupa
itu tak lagi utuh karena bagiannya sudah tak mungkin dirangkai utuh, anda masih
bisa menikmatinya. Mengunjungi candi yang sejarah berdirinya diketahui
berdasarkan Prasasti Candi yang berhuruf Pranagari ini, anda akan semakin
mengakui kehebatan Rakai Panangkaran yang bahkan sempat membangun bangunan suci
di Thailand.
Candi Gampingan
Tak semua candi memiliki relief
cantik yang khas sebab umumnya hanya dihias oleh arca dan relief umum yang
terdapat hampir di semua candi. Salah satu yang memiliki relief cantik yang
khas itu adalah Candi Gampingan, sebuah candi yang ditemukan secara tak sengaja
oleh pengrajin batu bata di Dusun Gampingan, Piyungan, Bantul pada tahun 1995.
Meski ukurannya kecil dan sudah tak utuh lagi, Candi Gampingan masih kaya akan
relief yang mempesona.
Candi ini banyak
memuat relief relief yang merupakan symbol symbol atas ajaran ajaran hindu yang
diselaraskan dengan budaya jawa. Relief yang mendominan adalah :
1.
Releif Padmamula
(akar teratai) yang melambangkan asal
muasal sumber kehidupan (teratai yang mekar melambangkan jiwa yang mencapai
kesempurnaan, akar teratai melambangkan manusia dalam proses pencarian jati
diri )
2.
Relief Burung
yang diyakini melambangkan / perwujudan para dewa atau sebagai pembawa pesan
dari nirwana atau dapat disamakan dengan teratai mekar yang berarti jiwa
manusia yang mencapai kebebasan absolute yang dicapai setelah meninggalkan
kehidupan duniawi
3.
Relief Katak
yang dipercaya mempunyai kekuatan untuk mendatangkan keberuntungan (kepercayaan
ini tak lepas dari budaya agraris masyarakat jawa yang percaya bahwa katak
mampu mendaangkan hujan sehingga tanaman tidak akan kekeringan dan menghasilkan
panen yang berlimpah)
Candi Gampingan yang diperkirakan
dibangun antara tahun 730 - 850 M diyakini merupakan tempat pemujaan Dewa
Jambhala (Dewa Rejeki, anak Dewa Siwa). Hal itu didasari oleh penemuan Arca
Jambhala ketika penggalian. Jambhala digambarkan sedang dalam keadaan semedi,
tubuhnya duduk bersila sementara matanya terpejam. Bagian tubuhnya dihiasi oleh
unsur ikonografis (asana) berupa bunga teratai yang memiliki daun
berjumlah 8 helai sebagai lambang cakra dalam tubuh manusia.
Figur Jambhala di candi ini berbeda
dengan yang ada di candi lainnya. Umumnya, Jambhala di candi lain digambarkan
dengan mata lebar yang menatap ke arah pemujanya disertai dengan beragam hiasan
yang melambangkan kemakmuran dan kemewahan. Diyakini, penggambaran berbeda ini
didasari oleh motivasi pemujaan, bukan untuk memohon kemakmuran tetapi
bimbingan agar dapat mencapai kebahagiaan sejati.
Mengunjungi Candi Gampingan akan
membawa kita merenungkan kembali tentang jalan yang sudah kita tempuh untuk
menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Relief yang didominasi bentuk hewan yang
hidup di alam sekitarnya bisa jadi merupakan wujud kearifan masyarakat setempat
pada jaman itu dalam merepresentasikan sebuah pesan dari nirwana: untuk hidup
sejahtera dan terhindar dari bencana, manusia seharusnya berlaku jujur dalam
mendapat rejeki dan kemakmuran serta selaras dengan alam.
Candi Kedulan – masih dalam taraf rekonstruksi
Candi Kedulan adalah sebuah
candi bercorak Hindu yang terdapat di Dusun Kedulan, kurang lebih 3 kilometer
dari Candi Kalasan. Candi ini ditemukan secara tak sengaja oleh para penambang
pasir pada 24 November 1993. Kesenangan yang berbeda akan didapatkan bila
mengunjungi candi ini, sebab anda bisa menikmati proses rekonstruksi candi yang
sangatlah rumit.
Beberapa ornamen yang menghias candi sudah bisa
dinikmati keindahannya walau candinya sendiri masih dalam tahap rekonstruksi.
Misalnya, relief naga di bawah yoni yang diperkirakan mengisi bilik utama candi
induk, figurnya berbeda dengan naga penghias yoni candi di Jawa Tengah lainnya
sebab terlihat memiliki rahang. Terdapat pula relief dewa di beberapa bagian
dinding candi, hiasan sulur-suluran, roset, serta relief motif batik.
Pada 12 Juni 2003, ditemukan 2
buah prasasti di lokasi penggalian. Prasasti yang ditulis dalam huruf Pallawa
dan bahasa Sansekerta tersebut sudah berhasil dibaca oleh dua epigraf dari
Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yaitu Dr Riboet Darmoseotopo
dan Tjahjono Prasodjo MA. Berangka tahun 791 Saka (869 Masehi, atau sekitar 10
tahun setelah candi Prambanan berdiri), isinya tentang pembebasan pajak tanah
di Desa Pananggaran dan Parhyangan, pembuatan bendungan untuk irigasi,
pendirian bangunan suci bernama Tiwaharyyan serta ancaman kutukan bagi siapapun
yang tidak mematuhi aturan.
Beberapa arkeolog menduga bahwa
prasasti tersebut berkaitan dengan pendirian Candi Kedulan. Bangunan suci
Tiwaharyyan diduga merupakan Candi Kedulan itu sendiri. Desa Pananggaran yang
diceritakan pada prasasti diduga berada di wilayah sekitar candi, begitu pula
bendungan yang dimaksud. Namun sampai kini belum ditemukan jejak bendungan kuno
yang dimaksud. Mungkin bendungan itu dibangun di Sungai Opak yang berjarak ±4
km dari lokasi candi, atau mungkin juga di sungai yang kini sudah tidak ada
lagi karena tertutup lahar letusan Gunung Merapi seribu tahun silam.
Candi Mendut
Candi Mendut terletak 3 km ke arah
timur dari Candi Borobudur, merupakan candi Budha yang dibangun tahun 824
Masehi oleh Raja Indera dari wangsa Syailendra. Di dalam Candi Mendut terdapat
3 (tiga) patung besar.
- Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma.
- Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
- Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan
Ada cerita untuk anak-anak pada
dinding-dindingnya. Candi ini sering dipergunakan untuk merayakan upacara
Waisak setiap Mei pada malam bulan purnama dan dikunjungi para peziarah dari
Indonesia maupun manca negara.
Candi ini lebih tua dari Candi
Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas
tangganya. Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di
atasnya.
Candi Pawon
Candi Pawon terletak 1,5 km ke arah barat dari Candi
Mendut dan ke arah timur dari Candi Borobudur, juga merupakan sebuah candi
Budha. Saat diteliti secara lengkap pada reliefnya, ternyata merupakan
permulaan relief Candi Borobudur.
Banyak orang mengira Candi Pawon
merupakan sebuah makam, namun setelah diteliti ternyata merupakan tempat untuk
menyimpan senjata Raja Indera yang bernama Vajranala. Candi ini terbuat
dari batu gunung berapi. Ditinjau dari seni bangunannya merupakan gabungan seni
bangunan Hindu Jawa kuno dan India. Candi Pawon terletak tepat di sumbu garis
yang menghubungkan Candi Borobudur dan Candi Mendut.
Kemungkinan candi ini dibangun
untuk kubera. Candi ini berada di atas teras dan tangga yang agak lebar.
Semua bagian-bagiannya dihiasi dengan stupa (dagoba) dan dinding-dinding
luarnya dengan gambar-gambar simbolis.
CANDI BOROBUDUR
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini
memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba
untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages
ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai
tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja
Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa
Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya
Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang
selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun.
Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang
berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan
Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri
dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah
direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat
paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk
lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke
arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai
mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha
mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Setiap
tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir
pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah
jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur
bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain
itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu.
Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan
sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari
kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Mengunjungi Borobudur adalah
seperti mengunjungi asal muasal kita sebagai bangsa Indonesia yang sedemikian
besar dan mampu membuat sebuah maha karya agung 300 tahun sebelum Angkor Watt
di kamboja dan 500 tahun sebelum Katedral ST. Petrus di Eropa berdiri.
CANDI PRAMBANAN
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik
yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan
Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter, berdirinya candi ini telah
memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi
ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini
dibangun taman indah.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan
masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso
mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso
membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi
sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar
terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca
kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman
utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah
lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur.
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat,
yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain
itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara,
halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang
terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah
ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain
masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha
(putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang
dalam legenda yang diceritakan di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi
Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian
juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya
akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup
memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini
menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda.
Garuda menjadi salah satu tokoh penting karena keberanian dan kerelaannya
berkorban untuk bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak tiri Garuda
yang terlahir sebagai naga) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa). Konon Sultan Hamid Al kadrie II dari
Pontianak sang pencipta lambang Garuda Pancasila mendapatkan inspirasinya dari
relief Garuda candi ini.
Di panggung
terbuka candi Prambanan, biasanya
diadakan pertunjukan sendratari Ramayana yang tidak akan pernah terlupakan oleh
penontonnya, apalagi jika pertunjukan dilakukan pada saat bulan purnama.
Pertunjukan yang dilatari dengan bayangan candSundaji megah dan bulan purnama
membuat para penonton seakan sedang manyaksikan pertunjukan magis yang menggema
dari masa lalu. Kini Sendratari Ramayana juga diadakan di Pura Wisata (Pusat
kota Yogya), karena dipanggung terbuka Prambanan pertunjukan sering dipengaruhi
cuaca, sehingga sering mengecewakan penonton yang telah rela bersusah payah ke
Candi Prambanan untuk dapat menyaksikan keindahan sendratari Ramayana.
Draft Lambang Garuda karya Sultan Hamid II, Perhatikan gambar burung yang mirip dengan relief mahluk mitologi Garuda di Candi Prambanan |
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada berbagai pihak yang telah menyediakan berbagai informasi yang kami Copy Paste dalam entry posting ini; terutama YOGYESS.COM dan WIKIPEDIA.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar